100Hari

07. Rakyat Berbisik

Titah Raja telah menyebar ke seluruh pelosok. Semangat baru telah ditebar. Rakyatpun berbisik-bisik. Ada yang tertawa ringan, ada yang tersenyum, ada yang biasa hingga ada yang pesimis. Itu lah rakyat, satu kata, ribuan makna dan rasa, bergantung kepada kepentingan.

Bisikan rakyat kali inipun dibawah di kedai-kedai kecil. Sambil menikmati kopi, analisis dikembangkan dengan segala skenario. Yang pernah mengenal sepak terjang raja, mengompori akan keberhasilannya. Yang pernah mengenal sepak terjangnya juga memberikan testimoni tentang kekurangannya. Sehingga ditengah kesulitan yang menghampiri, tetap saja rakyat punya bahan untuk bercerita. Itulah khasnya dari rakyat berbisik.

Tak jarang juga di sudut sudut tempat, mulai tulisan-tulisan raja dikutip. Semacam penyebar semangat bagi yang belum faham, atau hanya ditulis karena bagus rasanya kalau ditulis. Rasanya yang membacanya pun akan berpikir dua kali, maksudnya apa ya? Ya, bagi yang membaca keseluruhan titah Raja, tentulah tidak sulit untuk menghubungkannya, namun bagi yang tidak seribu arti bisa dibuat.

Demikianlah rakyat berbisik, tidak pagi, tidak siang, tidak sore, tidak juga malam. Bahkan hingga larut malam-pun, rakyat masih bersemangat untuk berbisik di sudut sudut kedai yang lampunya telah meredup.

Standar

Satu respons untuk “07. Rakyat Berbisik

Tinggalkan komentar